Banyak fakta yang bisa kita lihat yang menunjukkan eksploitasi perempuan tiada pernah berakhir. Kasus-kasus TKW di luar negeri yang mengalami tindakan kekerasan, penelantaran bahkan ada yang dijadikan PSK setelah sebelumnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi.Terakhir kompas edisi Selasa 26 Desember memberitakan tentang kisah seseorang yang bernama Iroh yang beralamat kampong simping, Desa citepus, Kecamatan palabuhanratu, Kabupaten suka bumi Jawa Barat. Ceriati juga bisa dijadikan contoh dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain, yang tidak mungkin kita sebutkan di sini.
Kalo kita sejenak berpikir, setelah membaca isi teks dari fenomena tersebut bisa saja kita berpikir itu hanya contoh kecil dari sekian banyaknya kasusu-kasus yang terjadi diluar
Munkin memang ia kalo sebagian diantara kita ada yang peduli sebagai rasa antar sesama terhadap contoh kasus seperti itu. Tapi juga tidak luput kemunkinan di era globalisasi ini Yang ada adalah orang (dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan) yang mengeksploitasi terhadap hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh seseorang terhadap demi kehidupannya diri sendiri, walaupun secara kontektual masih banyak pengekploitasian terhadap hak-hak orang kerap sekali terjadi, seperti: kekerasan, pemaksaan secara psikologis, dan banyak lagi yang lainnya.l dengan berbagai cara untuk berbagai alasan di berbagai konteks sosial. Pertanyaan mengenai siapa yang banyak dan kerap melakukan pengeksploitasian terhadap hak-hak seseorang. tidak bisa direduksi pada pertanyaan tentang paedofil,
Dengan adanya fenomena seperti itu kita harus segera menujukan pertanyaan ini pada kondisi dan akibat buruk oleh mereka yang secara terus-menerus dan dengan kesadaran penuh melakukan kekerasan terhadap mereka yang sering mendapatkan perlakuan yang kalau menurut hemat saya sangat tidak manusawi, di samping pertanyaan mengenai mengapa mereka dieksploitasi.
Dalam sebuah diskusi baik itu di kampus-kampus dari teman-teman mahasiswa sedikit terungkap bahwa kekerasan yang dialami oleh sebagian para tenaga kerja (TKW), perdagangan lintas batas dan sebagainya, termasuk yang sering dialami sebagian besar banyak dialami oleh kaum feminisme yang kerap disebut perdagangan perempuan dan penindasan-penindasan lainnya untuk eksploitasi hak-hak mereka, merupakan industri dari organisasi kriminal yang paling cepat berkembang.
Konteks ini beragam di berbagai negara, mulai dari kemiskinan sampai perpecahan keluarga dan kekerasan; dari konflik bersenjata sampai ke migrasi buruh ilegal; dari ancaman penyakit seksual menular sampai kemajuan teknologi; dari ketidaksetaraan sosial di tingkat lokal sampai disparitas ekonomi di tingkat nasional dan global; dari pembangunan yang tidak merata sampai ke kegiatan kriminal seperti perdagangan lintas batas; dari persoalan jender dan seksualitas sampai kepada penyalahgunaan kekuasaan; dari eksploitasi hak-hak seseorang sampai dengan bentuk kekerasan
Ketika perempuan dipandang sebagai aset devisa bagi negara, maka dipertahankanlah pengiriman TKW ke luar negeri tanpa mempedulikan apakah mereka terjaga keselamatan atau kehormatannya. Di sisi lain perempuan-perempuan ini tidak punya pilihan lain, demikian juga keluarga mereka. Kekejaman ekomoni neoliberal yang harus dihadapi rakyat mengharuskan perempuan-perempuan untuk terjun ke dunia kerja meskipun tanpa keterampilan. Lapangan kerja yang semakin sempit di dalam negeri, memaksa mereka untuk keluar negeri, sementara lapangan pekerjaan yang bisa diraih di luar negeri lebih banyak yang terbuka bagi perempuan-perempuan yang tidak berketerampilan. Pada akhirnya, banyak kita dapati fakta terjadinya pelecehan, penganiayaan dan lain sebagainya yang dialami oleh para TKW di luar negeri. Dalam kondisi yang sudah begitu barulah pemerintah, LSM-LSM menyadari telah terjadi eksploitasi perempuan, dan memang pada fakta yang demikian bisa kita lihat secara nyata bentuk eksploitasi perempuan dibandingkan bentuk lain yang dikemas lebih intelek dan eksklusif.
Di tengah himpitan ekonomi yang ada, perkara eksploitasi perempuan dapat dikesampingkan demi uang. Konsep inipun juga merusak suasana interaksi antara kaum perempuan dan laki-laki dan lebih dari itu konsep tersebut juga dapat merusak tatanan social dalam hubungan antar sesame dan juga kelompok dalam kesehariannya.
Kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada peradaban manusia, jika pemahaman-pemahaman yang salah ini terus diyakini dan diperjuangkan oleh kaum perempuan. Kita dapat membayangkan apa yang dapat terjadi jika kecantikan dan gemulai supermodel lebih dihargai dan diagungkan dibandingkan karya dan pengabdian seorang guru atau seorang dokter. Kita juga dapat membayangkan apa yang terjadi jika generasi muda lebih pandai bersolek dibandingkan berprestasi .
Paradigma politik pemberdayaan perempuan yang ditawarkan oleh aktivis feminis selama ini terbukti telah gagal, terbukti dengan kebebasan kaum perempuan yang mereka agungkan bukannya memuliakan perempuan tetapi malah semakin menjerumuskan kaum perempuan ke jurang kenistaan, peran utama sebagai ibu yang ditinggalkan menjadikan generasi kita generasi yang kehilangan kepribadian, kaum perempuanpun menjadi bahan komoditas yang layak diperdagangkan.
Sudah selayaknya kita kembali kepada solusi yang mampu untuk menuntaskan permasalahan perempuan, yaitu solusi melalui pendekatan secara sosiologi dengan bermacam-macam teori. Di dalam sosiologi agama (Islam), perempuan bukanlah komoditas yang layak diperdagangkan atau dipertontonkan. Perempuan bukan pula bagian dari faktor produksi untuk meningkatkan devisa negara. Namun perempuan juga merupakan manusia yang mempunyai hak yang sama yang mana telah dihasilkan oleh rekontruksi budaya dan social. Perempuan juga sebagai ibu dari generasi dan mitra yang bergerak secara sinergis dengan kaum laki-laki untuk memperjuangkan agamanya.
Penjagaan terhadap kemulian perempuan di dalam Islam tidak hanya dilakukan oleh dirinya sendiri, namun oleh seluruh komponen masyarakat dan negara. Untuk itu negaralah yang menjadi pengayom utama bagi kemuliaan perempuan dengan menerapkan serangkaian hukum-hukum yang jauh dari eksploitasi terhadap perempuan. Negaralah yang berkewajiban utama membina kaum perempuan untuk kembali kepada kemuliaannya, dengan mewajibkan kaum perempuan untuk mencerdaskan akalnya. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki agar mereka mampu menafkahi keluarganya. Perempuan tidak akan jadi korban eksploitasi karena tuntutan ekonomi, namun negara menetapkan bahwa kaum perempuan boleh berkiprah di masyarakat baik dalam bidang ekonomi, industri, perdagangan, tanpa ada upaya eksploitasi terhadap sisi keperempuannya.
Oleh karena itu pemberdayaan perempuan saat ini harus menekankan pada peran sertanya dalam bidang politik, yakni memberikan pendidikan politik sesuai dengan makna yang sebenarnya, yaitu politik yang dimaknai sebagai upaya mengatur urusan seluruh rakyat. Bukan dalam pemahaman pilitik makna kapitalis yang memosisikan perempuan untuk bersaing dengan laki-laki dalam perebutan kekuasaan. Dan kesadaran ini harus dalam bentuk kesadaran yang universal artinya, mencakup dunia internasional. Karena dengan kesadaran ini akan menjadikan seluruh kaum muslimin termasuk kaum perempuan menjadi mulia, dan terbukti selama 13 abad Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah telah mampu menjadikan kaum perempuan mulia dan melahirkan generasi-generasi yang bertakwa.
MY POEM Entah sejak kapan hasrat itu mulai tumbuh dan mulai ingin berkemabang, tapi seingatku dulu saya berkeinginan kuat untuk menjadi seorang penulis, tapi pada kenyataanya sampai detik ini saya sadari, saya belum bisa mengalirkan oretan tinta secara inten, tapi terus terang saya tidak menyesali akan hal itu, karena saya kira semua itu masih dalam tahap proses, tidak gampang untuk bisa inten dan secara kontinoe berkelut dalam hal tulis menulis. Karena ada beberapa faktor yang saya kira itu juga sebuah kendala hanya saja secara kebetulan saja, mengapa saya harus masuk dalam organisasi? Itu sebuah pertanyaan besar bagi saya, sekaligus intropeksi, pada awalnya saya baru menyandang status mahasiswa (semester satu) cita2ku yang pertama adalah aku harus jadi seorang penulis, pikirku dengan gampang, karena dengan menulis saya bisa sedikit meringankan beban orang tua, terlalu jauh memang hayalku tersebut, karena pada saat itu aku baru membangun cita-cita, dan sangat mustahil kalau saya menul
Komentar