oleh Mauli*
Pagi ini, matahari serasa bersinar dengan penuh kesempurnaanNYA. Gema takbir, tahmid, dan tasbih berkumandang dimana-mana. Tidak terkecuali disuara sound mini yang aku letakkan diteras mulai kemarin.
Allahu akbar,,,,,,, Allahu akbar,,,,,,, Allahu akbar walillahilhamdu,,,,,,, terus masih bersuar dari segala sudut lingkungan rumahku.
Aku sendiri yang dari tadi siap-siap berangkat kemasjid, mulai dari baju, sarung, peci, dan sarung sudah menempel dibadanku, tapi, diluar aku antara bapak dan ibu sepertinya mereka masih repot atu sibuk dengan hal yang lain. Bapak yang masih repot dengan mencukur kumis dan jenggotnya terlihat tampak sangat jelas kalau beliau melakukannya dengan hati-hati karena takut kena kulit (bisa-bisa gagal lebaran, heheh) disamping itu sepertimya ia dengan husyuk, pikirnya munkin kerena hitung-hitung sunnah nabi.
Tak terkecuali dengan Ibu yang sudah mulai beberapa hari belakangan ini terlihat lebih sibuk dari pada hari-hari biasanya. Terhitung sekita mulai dari lima hari yang lalu, ibu sepertinya menambah jam kerjanya (sebagai ibu rumah tangga). Hari inipun kelihatannya masih saja belum selesai, ibuku dari tadi kasana dan kemari antara dapur dan kamar tamu masih terus kelihatan ia sibuknya. Mulai dari beres-beres kamar tamu, kursi dan meja, taplak meja dilanjutkan dengan menaruh makananringan dan permen untuk persediaan tamu yang akan dating nanti. Entah itu famili dan teman-temanku yang waktu masih sekolah.
Jam sudah menunjukkan 06:30, kita (aku, ibu, dan bapak) sudah berangkat menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ied jamaah. Alhamdulillah diperjalanan kita tidak ada rintangan hingga ahirnya kita sampai dimasjid lima menit lebih dari keberangkatan kita dari rumah.
Lapangan masjid sudah hampir penuh ketika aku, Ibu dan bapak tiba. Sebelah timur lapangan untuk jamaah perempuan. Di sana tampak pakaian salat serba putih. Di lapangan sebelah barat untuk jamaah lelaki. Aneka warna pakaian dikenakan jamaah lelaki. Tutup kepala mereka pun berbagai bentuk. Warna putih lebih banyak. Dari mimbar, imam dan khotib terdengar takbir dan takhmid, memuji keagungan Tuhan.
Sepulang dari salat Idul Fitri, di rumah, Ibu mengajakku berdoa, sesaat sebelum makan ketupat dengan lauk opor ayam kesukaanku. Ketika sedang makan, kudengar suara anak-anak mengucapkan salam di halaman. Ibu menemui anak-anak sebayaku di depan pintu gerbang rumah kami. Lembaran-lembaran uang seribuan baru Ibu berikan kepada anak-anak yang datang itu. Aku membagikan permen dan cokelat untuk teman-teman sepermainanku. Mereka riang gembira dan semuanya berpakaian baru.
Dari beberapa kejadian dari cerita diatas, ada pelajaran yang mungkin bisa kita petik. Betapa besar peran seorang ibu sebagai ibu rumah tangga dan juga ibu dari anak-anaknya dan tidal luput juga bagi seorang pria yang menjadikannya istri yaitu bapakku. Aktinitas dari seorang ibu yang sudah mulai jauh hari mempersiapkan lebaran ini sangat jelas dan terasa hasilnya pada hari ini. Yang pada intinya segala sesuatu yang dibutuhkan rumah tangga kita untuk menyambut lebaran kali ini kita rasa sudah cukup untuk standarisasi dilingkungan kita. Kami sekelurga bersyukur mempunyai rumah tangga yang sampai saat ini masih diberi keberkahan dan ketabahan ubntuk menghadapi segala rintangan yang telah terjadi. Sampai detik ini, dalam hatiku pribadi selalu mendoakan ibu, karena beliaulah satu-satunya wanita yang ada dalam rumah tangga kita sampai saat ini, yang mana sampai saat ini aku masih terus aktif kuliah. Itu juga tidak lepas dari perjuangan ibu dan bapak sebagai orang tuaku.
Munkn Disinilah rahasia Allah yang kita tidak tahu, yaitu urusan ridho. Kalau seorang ibu memberikan ridho dan mendoakan putranya dengan tulus, Insya Allah seseorang akan mendapat ridho Allah SWT. Dengan ridho Allah, sebuah sukses jelas akan sangat mungkin diraihnya.
Yang kedua peran ibu sebagai isteri yang selalu faham dengan kondisi keluarga kita dan juga tidak luput kepada sang ayah posisi sebagai sang suami, mampu menerjemahkan peran dan tugas suaminya sebagai pemberi semangat untuk tetap giat bekerja, memberi kesejukan serta memberikan arah kepada keluarga kita ini agar dapat selalu menanamkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi emua masalah kehidupan, dan juga selalu memberi motivasi kepada kita untuk selalu giat dan semangat dalam mengejar sebuah cita-cita dan impian hidup kita dan juga keluarga kita. Jelas sukses yang dimaksudkan adalah tercapainya cita-cita keharmonisan keluarga dan bangsa ini pada umumnya, guna dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Kemampuan yang dimiliki serta luasnya wawasan yang dimiliki Ibu jelas tidak didapatnya secara singkat, tetapi telah dilaluinya perjalanan panjang, baik pengetahuan serta pengalamannya. Oleh karena itu kami sekelauarga merasa selalu dalam keharmonisan sebuah kelauarga meskipun saya sendiri menempuh kuliah disurabaya ini. Karena saya yakin ibu dan bapak dirumah selalu menjaga komitmen demi sebuah keutuhan rumah tangga kita.
Berkaitan dengan iedul fitri ini, tidak ada salahnya penulis mengingatkan, bagi mereka yang orang tuanya masih ada, inilah kesempatan emas kita, mintalah maaf kepada orang tua, mintalah ridhonya, berlututlah, peluklah ibu anda saat Idul Fitri nanti tiba, saat dia masih bisa dipeluk. Mungkin selama ini ada kesalahan kita yang mengganjal dihati orang tua, mohonlah agar dimaafkan, Insya Allah, Ridho Allah akan kita terima, nah kalau kita mendapat ridho Allah…apalah yang sulit didunia ini, semua kesulitan akan teratasi. Bagi yang orang tuanya sudah tiada, doakanlah dia, karena setiap saat beliau selalu menunggu doa anak-anaknya yang soleh. Semoga bermanfaat.
*mahasiswa sosiologi iain sunan ampel surabaya
Pagi ini, matahari serasa bersinar dengan penuh kesempurnaanNYA. Gema takbir, tahmid, dan tasbih berkumandang dimana-mana. Tidak terkecuali disuara sound mini yang aku letakkan diteras mulai kemarin.
Allahu akbar,,,,,,, Allahu akbar,,,,,,, Allahu akbar walillahilhamdu,,,,,,, terus masih bersuar dari segala sudut lingkungan rumahku.
Aku sendiri yang dari tadi siap-siap berangkat kemasjid, mulai dari baju, sarung, peci, dan sarung sudah menempel dibadanku, tapi, diluar aku antara bapak dan ibu sepertinya mereka masih repot atu sibuk dengan hal yang lain. Bapak yang masih repot dengan mencukur kumis dan jenggotnya terlihat tampak sangat jelas kalau beliau melakukannya dengan hati-hati karena takut kena kulit (bisa-bisa gagal lebaran, heheh) disamping itu sepertimya ia dengan husyuk, pikirnya munkin kerena hitung-hitung sunnah nabi.
Tak terkecuali dengan Ibu yang sudah mulai beberapa hari belakangan ini terlihat lebih sibuk dari pada hari-hari biasanya. Terhitung sekita mulai dari lima hari yang lalu, ibu sepertinya menambah jam kerjanya (sebagai ibu rumah tangga). Hari inipun kelihatannya masih saja belum selesai, ibuku dari tadi kasana dan kemari antara dapur dan kamar tamu masih terus kelihatan ia sibuknya. Mulai dari beres-beres kamar tamu, kursi dan meja, taplak meja dilanjutkan dengan menaruh makananringan dan permen untuk persediaan tamu yang akan dating nanti. Entah itu famili dan teman-temanku yang waktu masih sekolah.
Jam sudah menunjukkan 06:30, kita (aku, ibu, dan bapak) sudah berangkat menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ied jamaah. Alhamdulillah diperjalanan kita tidak ada rintangan hingga ahirnya kita sampai dimasjid lima menit lebih dari keberangkatan kita dari rumah.
Lapangan masjid sudah hampir penuh ketika aku, Ibu dan bapak tiba. Sebelah timur lapangan untuk jamaah perempuan. Di sana tampak pakaian salat serba putih. Di lapangan sebelah barat untuk jamaah lelaki. Aneka warna pakaian dikenakan jamaah lelaki. Tutup kepala mereka pun berbagai bentuk. Warna putih lebih banyak. Dari mimbar, imam dan khotib terdengar takbir dan takhmid, memuji keagungan Tuhan.
Sepulang dari salat Idul Fitri, di rumah, Ibu mengajakku berdoa, sesaat sebelum makan ketupat dengan lauk opor ayam kesukaanku. Ketika sedang makan, kudengar suara anak-anak mengucapkan salam di halaman. Ibu menemui anak-anak sebayaku di depan pintu gerbang rumah kami. Lembaran-lembaran uang seribuan baru Ibu berikan kepada anak-anak yang datang itu. Aku membagikan permen dan cokelat untuk teman-teman sepermainanku. Mereka riang gembira dan semuanya berpakaian baru.
Dari beberapa kejadian dari cerita diatas, ada pelajaran yang mungkin bisa kita petik. Betapa besar peran seorang ibu sebagai ibu rumah tangga dan juga ibu dari anak-anaknya dan tidal luput juga bagi seorang pria yang menjadikannya istri yaitu bapakku. Aktinitas dari seorang ibu yang sudah mulai jauh hari mempersiapkan lebaran ini sangat jelas dan terasa hasilnya pada hari ini. Yang pada intinya segala sesuatu yang dibutuhkan rumah tangga kita untuk menyambut lebaran kali ini kita rasa sudah cukup untuk standarisasi dilingkungan kita. Kami sekelurga bersyukur mempunyai rumah tangga yang sampai saat ini masih diberi keberkahan dan ketabahan ubntuk menghadapi segala rintangan yang telah terjadi. Sampai detik ini, dalam hatiku pribadi selalu mendoakan ibu, karena beliaulah satu-satunya wanita yang ada dalam rumah tangga kita sampai saat ini, yang mana sampai saat ini aku masih terus aktif kuliah. Itu juga tidak lepas dari perjuangan ibu dan bapak sebagai orang tuaku.
Munkn Disinilah rahasia Allah yang kita tidak tahu, yaitu urusan ridho. Kalau seorang ibu memberikan ridho dan mendoakan putranya dengan tulus, Insya Allah seseorang akan mendapat ridho Allah SWT. Dengan ridho Allah, sebuah sukses jelas akan sangat mungkin diraihnya.
Yang kedua peran ibu sebagai isteri yang selalu faham dengan kondisi keluarga kita dan juga tidak luput kepada sang ayah posisi sebagai sang suami, mampu menerjemahkan peran dan tugas suaminya sebagai pemberi semangat untuk tetap giat bekerja, memberi kesejukan serta memberikan arah kepada keluarga kita ini agar dapat selalu menanamkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi emua masalah kehidupan, dan juga selalu memberi motivasi kepada kita untuk selalu giat dan semangat dalam mengejar sebuah cita-cita dan impian hidup kita dan juga keluarga kita. Jelas sukses yang dimaksudkan adalah tercapainya cita-cita keharmonisan keluarga dan bangsa ini pada umumnya, guna dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Kemampuan yang dimiliki serta luasnya wawasan yang dimiliki Ibu jelas tidak didapatnya secara singkat, tetapi telah dilaluinya perjalanan panjang, baik pengetahuan serta pengalamannya. Oleh karena itu kami sekelauarga merasa selalu dalam keharmonisan sebuah kelauarga meskipun saya sendiri menempuh kuliah disurabaya ini. Karena saya yakin ibu dan bapak dirumah selalu menjaga komitmen demi sebuah keutuhan rumah tangga kita.
Berkaitan dengan iedul fitri ini, tidak ada salahnya penulis mengingatkan, bagi mereka yang orang tuanya masih ada, inilah kesempatan emas kita, mintalah maaf kepada orang tua, mintalah ridhonya, berlututlah, peluklah ibu anda saat Idul Fitri nanti tiba, saat dia masih bisa dipeluk. Mungkin selama ini ada kesalahan kita yang mengganjal dihati orang tua, mohonlah agar dimaafkan, Insya Allah, Ridho Allah akan kita terima, nah kalau kita mendapat ridho Allah…apalah yang sulit didunia ini, semua kesulitan akan teratasi. Bagi yang orang tuanya sudah tiada, doakanlah dia, karena setiap saat beliau selalu menunggu doa anak-anaknya yang soleh. Semoga bermanfaat.
*mahasiswa sosiologi iain sunan ampel surabaya
Komentar